SIKAP
A. Definisi
Sikap
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir,
berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap
bukanlah perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara
tertentu terhadap objek sikap. Sikap relatif lebih menetap atau jarang
mengalami perubahan.
B. Komponen Sikap
Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap
yang utuh (total attitude) yaitu :
- Komponen Kognitif (Cognitive), berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu.
- Komponen Afektif (Affective), menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
- Komponen Konatif (Conative), komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo,1997).
C. Karakteristik Sikap
Ø Sikap ekstrem (sulit berubah).
Ø Multifleksitas : mudah berubah secara kongruen, namun sulit
berubah secara inkongruen dan sebaliknya.
ØKonsistensi (sikap yang stabil).
ØInterconnectedness : keterikatan suatu sikap dengan sikap
lain dalam suatu kluster.
ØKonsonan : sikap
yang saling berderajat selaras akan lebih cenderung membentuk suatu kluster.
D. Fungsi Sikap
Untuk melihat lebih lanjut mengenai sikap belajar sebenarnya
ada sesuatu yang melatarbelakangi mengapa siswa mengambil sikap. Hal ini
berkaitan erat dengan fungsi sikap, sebagai berikut :
- Sikap sebagai instrumen atau alat untuk mencapai tujuan (instrumental function). Seseorang mengambil sikap tertentu terhadap objek atas dasar pemikiran sampai sejauh mana objek sikap tersebut dapat digunakan sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kalau objek itu mendukung dalam pencapaian tujuan, maka orang akan mempunyai sikap yang positif terhadap objek yang bersangkutan, demikian pula sebaliknya. Fungsi ini juga sering disebut sebagai fungsi penyesuaian (adjustment), karena dengan mengambil sikap tertentu seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya.
- Sikap sebagai pertahanan ego. Kadang-kadang orang mengambil sikap tertentu terhadap sesuatu objek karena untuk mempertahankan ego atau akunya. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan mengambil sikap tertentu terhadap objek demi pertahanan egonya. Misalnya orang tua mengambil sikap begitu keras (walaupun sikap itu sebetulnya tidak benar), hal tersebut mungkin karena dengan sikap keadaan ego atau aku-nya dapat dipertahankan.
- Sikap sebagai ekspresi nilai. Yang dimaksud ialah bahwa sikap seseorang menunjukkan bagaimana nila-nilai pada orang tua. Sikap yang diambil oleh seseorang mencerminkan sistem nilai yang ada pada diri orang tersebut.
- Sikap sebagai fungsi pengetahuan. Ini berarti bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap sesuatu objek akan mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut. Apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka hal itu akan berpengaruh pada sikap orang itu terhadap objek tersebut
PERSEPSI
A. Definisi
Persepsi
Persepsi adalah
suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat,
merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang
ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat
mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta
manusia dengan segala kejadian-kejadiannya (Meider, 1958).
B.
Jenis-Jenis Persepsi
Proses pemahaman
terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi
terbagi menjadi beberapa jenis :
1. Persepsi Visual:
Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah
persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan
balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari
bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering
dibicarakan dalam konteks sehari-hari.
2.
Persepsi Auditori:
Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga.
3.
Persepsi Perabaan:
Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4.
Persepsi Penciuman:
Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu
hidung.
5. Persepsi Pengecapan:
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu
lidah.
C. Proses
Persepsi
Persepsi merupakan
bagian dari seluruh proses yang menghasilkan tanggapan yang dimana setelah
rangsangan diterapkan keapada manusia. Subprosesnya adalah pengenalan,prasaan,
dan penalaran. persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis.
Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi
rangsangan-tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar
dan bebas terhadap satu rangsangan, dianggap dipengaruhi oleh akal atau
emosi atau kedua-duanya.
Dalam proses persepsi,
terdapat tiga komponan utama berikut :
- Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
- Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagoriaan informasi yang kompleks menjadi sarjana.
- Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai rekasi (Depdikbud, 1985), dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.
MINAT
Minat adalah suatu
proses kejiwaan yang bersifat abstrak yang dinyatakan oleh seluruh keadaan
aktivitas, ada objek yang dianggap bernilai sehingga diketahui dan dinginkan.
Sehingga proses jiwa menimbulkan kecenderungan perasaan terhadap sesuatu, gairah
atau keinginan terhadap sesuatu. Bisa dikatakan pula bahwa minat menimbulkan
keinginan yang kuat terhadap sesuatu. Keinginan ini disebabkan adanya rasa
dorongan untuk meraihnya, sesuatu itu bisa berupa benda, kegiatan, dan
sebagainya baik itu yang membahagiakan ataupun menakutkan.
MOTIVASI
Motivasi merupakan
sesuatu hal yang membangkitkan, mempertahankan, mengelola dan membawa tingkah
laku pada suatu tujuan tertentu. Minat merupakan unsur psikologis yang menjadi
sumber motivasi. Minat mendorong(memetivasi) seseorang dalam bertindak dan
berbuat sesuai arah minatnya.
Antara kebutuhan, minat
dan motivasi terdapat hubungan yang erat. Minat muncul karena rasa kebutuhan
dan kebutuhan menuntut adanya pemuasan. Pemuasan ini diperoleh dari perbuatan
(aktualisasi) minat, minat inilah yang akhirnya memotivasi seseorang untuk
berbuat sesuatu.
FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN
1. Faktor
Sosial
- Grup
Contoh
Kasus :
Seorang
wanita yang berkumpul dengan teman-temannya, ketika teman-temannya sedang
membicarakan produk fashion merk ZARA lebih baik dari merk GUCCI maka ia akan
lebih memilih merk ZARA dibandingkan merk GUCCI. Hal ini dii sebabkan pengaruh
dari primary groups yaitu teman-temannya.
- Pengaruh Keluarga
Keluarga
memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar
telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian
produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh
yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen,
Makens, 2003, p.204).
Contoh
Kasus :
Ketika
satu keluarga yang terdiri dari suami,istri dan anak berjala-jalan di sebuat
pusat perbelanjaan. Biasanya sang anak lah yang akan memberikan pengaruh
terhadap restoran mana yang akan menjadi tempat ia dan keluarganya makan. Hal
ini membuktikan bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap
perilaku konsumen terhadap pembelian.
2. Faktor
Personal
- Situasi Ekonomi
Keadaan
ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan
konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah.
Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan
keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
Contoh
Kasus :
Andi
yang seorang direktur dan Dion yang seorang karyawan biasa akan berbeda
dalam pemilihan produk dan keputusan pada suatu produk tertentu. Karna mereka
mempunyai situasi ekonomi yang berbeda.
- Gaya Hidup
Pola
kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini
orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan
pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler,
Amstrong, 2006, p.138).
Contoh
Kasus :
Dua
orang yang mempunyai jabatan sama dalam pekerjaannya belom tentu mempunyai gaya
hidup yang sama. Tn X dan Tn Y mempunyai pekerjaan yang sama yaitu sebagai OB
di salah satu perusahaan. Walaupun mereka mempunya pekerjaan yang sama tetapi
gaya hidup mereka tidak sama. Tn X lebih simple dan lebih bersikap hemat
terhadap pendapatannya berbeda dengan Tn Y yang lebih boros menggunakan
pendapatannya untuk hal yang tidak terlalu penting.
- Umur dan Siklus Hidup
Orang-orang
merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa
makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur,
membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang
berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin
dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan
strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis. (Kotler,
Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
Contoh Kasus :
Contoh Kasus :
Faktor
umur memang merupakan faktor yang cukup penting. Dalam sebuah kasus, Seorang
lansia tidak akan membeli susu formula untuk anak-anak dan anak-anak tidak akan
membeli popok yang digunakan untuk orang orang lanjut usia.
- Pekerjaan
3. Faktor
Psikologi
- Motivasi
Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari
kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu
kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki,
dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal,
keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang
paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi
motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan
paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214). Contoh
Kasus : Ny. M yang seorang artis terkenal membutuhkan keamanan yang ekstra
untuk menjaga dirinya, dalam hal ini keamanan merupakan motivator dalam dirinya
yang mendesak. Ketika dia mempunyai seorang bodyguard yang siap menjaganya maka
kebutuhan keamanan tersebut tidak lagi menjadi motivator. Selanjutnya
NY.M akan mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting
selanjutnya.
- Attitudes
Attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan
yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler,
Amstrong, 2006, p.145). Contoh Kasus : Seseorang yang tidak menyukai buah
durian tidak akan membeli durian dan biasanya dia akan tetap konsisten
sekalipun ia melihat sedang diskon 50% di pasar swalayan.
- Beliefs
Beliefs
adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat
didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006,
p.144). Contoh Kasus : Ketika seseorang mempunyai kepercayaan yang tinggi
misalnya terhadap agamanya. Ny. X seorang muslimah yang taat akan sering
membeli kerudung atau jilbab untuk menutupi rambutnya karna seorang muslimah
sudah seharusnya seperti itu.
4. Faktor
Kebudayaan
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan,
dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting
lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu paling dasar dari keinginan
dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi,
keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam
sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).
·
Kelas Sosial
Pengelompokkan individu berdasarkan
kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak hanya ditentukan
oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh
pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.132).
Contoh Kasus : Tn. F yang seorang
milioner akan membeli suatu produk yang harganya mahal, sama seperti seorang
direktur utama biasanya juga akan membeli suatu produk yang harganya mahal. Hal
itu menunjukan bahwa kelas sosial sangan mempengaruhi keputusan konsumen dalam
melakukan pembelian.
GAYA HIDUP (LIFESTYLE)
Pengertian
Gaya Hidup – Gaya hidup
menurut Kotler (2002, p. 192)adalah
pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan
opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam
berinteraksi dengan lingkungannya.
Gaya
hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di
dunia. Menurut Assael (1984,
p. 252), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how
people spend their time (activities), what they consider important in their environment
(interest), and what they think of themselves and the world around them
(opinions)”.
Secara
umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana
orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan
pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan
dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002, p. 282),
gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan
uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001, p. 174) adalah pola hidup
seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan,
minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan
pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.
Dari berbagai di atas
dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan
dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana
mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi
menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya
berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin,
sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari
karakteristik konsumen.
YUPPIES
Yuppies, atau Young Urban
Professionals (kadang juga disebut Young Upwardly Mobile
Professionals) merupakan sebuah fenomena yang kini marak terjadi di
kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Jakarta. Sebagai kota
metropolitan, penduduk Jakarta terbiasa dengan gaya hidup yang tak jauh berbeda
dengan gaya hidup masyarakat New York yang mobile, urban dan
berorientasi material.
How First Yuppies Come
?
Yuppies sebenarnya bukanlah istilah baru,
melainkan telah muncul sekitar tahun 80-an pertama kali di sebuah artikel
majalah Chicago Tribune. Yuppies diidentikkan dengan kaum muda
berusia 20 hingga awal 30 tahun, tinggal di kota-kota metropolitan, memiliki
pekerjaan mapan dengan gaji besar, memiliki rumah yang mewah atau apartemen
pribadi, mobil pribadi, serta daya beli yang tinggi. Bisa dibilang Yuppies merupakan kaum muda yang memiliki slogan “Work
hard, play hard’.
Namun kehadiran Yuppies sebenarnya
tak bisa dilepaskan dari kehadiran kaum Hippies, yang banyak
bermunculan di sekitar tahun 60-an di AS, di mana pada saat itu negara Paman
Sam tersebut sedang berperang di Vietnam. Kaum Hippies ini
memiliki prinsip menolak batasan serta otoritas pemerintah, menolak kenyamanan
dan selalu berpindah-pindah tempat sebagai bentuk pencarian jati diri mereka.
Usai dengung kaum Hippies meredup, kemudian muncul para
kaum Preppies, yang merupakan kaum kelas menengah atas,
berpendidikan tinggi (masuk kampus Ivy League di AS), memiliki
daya beli yang tinggi dan sangat eksklusif, dengan bergaul bersama kalangan tertentu
saja.
Baru muncullah istilah kaum Yuppies, yang dianggap sebagai perpaduan keduanya. Berpendidikan tinggi
serta memiliki gaya hidup konsumtif, namun tetap punya kepedulian pada masalah
sosial di sekitarnya. Tidak seperti Preppies yang sangat snob, Yuppies dianggap lebih ‘membumi’, dikarenakan uang yang dihasilkan
merupakan hasil keringat sendiri, dan tahu bagaimana cara bekerja keras. Selain
itu Yuppies walaupun peduli pada masalah sosial serta kebijakan pemerintah,
tapi mereka tidak anti otoritas, layaknya para Hippies.
Consumerism, A Way of Life?
Dalam buku The Yuppie Handbook, dituliskan bahwa Yuppies dikenal
dengan gaya hidupnya yang mahal. Pendidikan yang tinggi serta kehidupan yang
berpusat di kota besar, membuat para Yuppies sangat
mengutamakan standar yang tinggi serta kenyamanan dari produk yang mereka
gunakan sehari-hari. Oleh karena itu mereka tak segan-segan untuk mengeluarkan
uang lebih demi mendapatkan kenyamanan serta kemewahan yang mereka inginkan.
Mobil BMW, pakaian Gucci atau Prada, sepatu Tods, liburan ke Australia,
merupakan hal yang Yuppies anggap pantas mereka dapatkan
mengingat betapa kerasnya mereka bekerja.
Dengan penghasilan yang cukup besar, para Yuppies ini identik dengan gaya hidup konsumtif. Mereka bisa menghabiskan
ratusan ribu hanya untuk makan atau minum kopi bersama rekan kerja, hingga
jutaan rupiah untuk memborong sepatu Christian Louboutin atau terusan keluaran
Zara. Berapapun harga dari barang yang mereka beli nampaknya bukanlah masalah,
karena yang penting ialah prestige serta kenyamanan yang didapatkan.
Mengingat gaya hidup Yuppies yang
sangat konsumtif, wajar kemudian kaum muda ini menjadi target pasar banyak
produk. Kini mulai dari produk makanan, mobil, tempat perbelanjaan, kafe dan
lainnya menjadikan kaum Yuppies sebagai target pasarnya. Hal
ini dikarenakan jumlah keuntungan yang didapatkan para produsen akan berlipat
ganda jika berhasil menggaet generasi ini menjadi konsumen produk mereka.
Yuppies Couple
Lalu bagaimana kehidupan Yuppies jika menjalin hubungan baik sebagai suami-istri? Ternyata gaya hidupnya tidak banyak berubah. Keduanya, baik pria dan wanita akan terus fokus pada karier masing-masing, menikmati hidup di akhir pekan dengan berbelanja ke pusat perbelanjaan atau bepergian ke Bali, Singapura atau daerah wisata lainnya.
Lalu bagaimana kehidupan Yuppies jika menjalin hubungan baik sebagai suami-istri? Ternyata gaya hidupnya tidak banyak berubah. Keduanya, baik pria dan wanita akan terus fokus pada karier masing-masing, menikmati hidup di akhir pekan dengan berbelanja ke pusat perbelanjaan atau bepergian ke Bali, Singapura atau daerah wisata lainnya.
Dalam kaum Yuppies sendiri,
kemudian dikenal adanya istilah DINK (Double Income No Kids),
dimana sepasang suami-istri yang sama-sama berasal dari golongan Yuppies,
kemudian menunda untuk mempunyai anak, demi mengejar karier serta mimpi-mimpi
yang materialis (siapa yang tidak ingin berlibur ke Venesia?). Sayangnya, hal
ini juga identik dengan lemahnya kedekatan di antara pasangan. Pasangan Yuppies sangat
mengejar karier mereka, dan di akhir pekan, mereka lebih banyak hangout bersama
teman-teman mereka, sehingga jarang menghabiskan waktu bersama dengan
pasangannya.
Yuppies bukanlah sekedar tren gaya hidup biasa. Yuppies memiliki
dampak besar dalam sebuah perekonomian negara. Penghasilan para Yuppies yang
besar membuat mereka memiliki daya beli yang tinggi, yang pada akhirnya
berdampak positif pada sistem ekonomi makro. Ketika sebuah perekonomian negara
sedang mengalami pertumbuhan, jumlah kaum Yuppies pun menjadi
semakin banyak, dengan menjadi seorang Yuppies merupakan
hal yang sah-sah saja. Kehidupan yang nyaman seusai bekerja keras sepanjang
waktu di kantor, atau berbelanja barang berkualitas tinggi yang meningkatkan
kepercayaan diri juga merupakan hal yang pantas dilakukan wanita-wanita
profesional, urban dan smart, seperti Anda. Namun, ada baiknya jikalau karier
dan kehidupan berjalan dengan seimbang.
Dalam buku Diary of Yuppie, Louis Auchincloss mengkritik
kehidupan Yuppies sebagai artifisial dan hanya peduli pada dirinya
sendiri, maka akan lebih baik jika Anda tidak hanya berkutat pada keberhasilan
karier semata. Menjaga hubungan dengan pasangan, keluarga dan teman, menjadikan
kehidupan Anda seimbang antara karier dan hubungan personal. Keseimbangan,
itulah jalan menuju kehidupan yang bahagia.
WINDOWS
SHOPPING
Window
shopping artinya melihat-lihat, baik melihat barang-barang yang di toko
maupun ditempat lain. Jalan-jalan di mall sambil melihat-lihat barang di
balik etalase (window shopping) merupakan salah satu bentuk rekreasi.
Orang yang melakukan cuci mata di pertokoan mungkin merasa senang hanya dengan
membayangkan membeli barang-barang di balik etalase, atau menjadi tertarik
untuk membelinya di kemudian hari
Sebenarnya Anda pasti
sudah tahu bahwa window shopping adalah kebiasaan buruk yang untuk
menghentikannya butuh kedisiplinan tinggi. Paling aman adalah dengan tidak
mengunjungi mal bila Anda memang tidak memerlukan sesuatu untuk dibeli atau
ditemui. Selain itu, tak perlu lagi meminta katalog atau menerima
tawaran e-mail update mengenai barang-barang kesukaan Anda. Tanyakan
pada diri Anda: apakah saya memerlukannya dan dapatkah saya membelinya secara
tunai? Bila tidak, cepatlah berlalu.
KONSEP
A.I.D.A
AIDA adalah singkatan sederhana yang telah dibuat
lama sebagai pengingat dari tahapan proses penjualan (Strong, 1925). AIDA
singkatan dari Attention, Interest, Desire, dan Action. Ini merupakan model
yang cukup sederhanan dan dapat digunakan sebagai pedoman.
Dalam komunikasi pemasaran perlu dirumuskan tujuan
yang ingin dicapai dari proses komunikasi pemasaran yang akan dilakukan.
Setelah menentukan khalayak sasaran dengan persepsinya, pemasar harus
memutuskan respon yang terjadi. Respon khalayak tersebut dapat berupa cognitive
(tahap kesadaran), affective (tahap pengaruh), behavioral/conative (tahap
tindakan pembelian).
Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action)
adalah salah satu model hirarki respon yang cukup popular bagi pemasar sebagai
pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Menurut model ini, alat promosi
harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan
keinginan, dan menghasilkan tindakan. Dalam membangun program komunikasi yang
efektif, aspek terpenting adalah memahami proses terjadinya respon dari
konsumen, misalnya dalam hal konsumen melakukan pembelian suatu produk, maka
diperlukan pemahaman mengenai usaha promosi yang dapat mempengaruhi respon
konsumen tersebut (Belch 1995:163 dalam Nurbenny 2005:38).
Teori AIDA (Tjetjep Djatnika,2007) yang mendalilkan
bahwa pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang
dilalui oleh Konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh
perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia
akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh
tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas
ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat/berminat (Desire) karena
barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika
hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan
persuasif dari luar maka konsumen atau pembeli tersebut akan mengambil
keputusan membeli (Action to buy) barang atau jasa yang di tawarkan.
AIDA yaitu terdiri dari :
A = Attention: Memberikan
perhatian khusus kepada segmen target pasar kita. Sehingga menjadi menarik
untuk mereka membaca apa yang kita tawarkan dan sesuai dengan target pasar yang
kita inginkan.
Misalnya
: “Pengumuman Penting untuk Bisnis
Owner!” ; ini contoh attention dengan segmen pasar adalah para
pemilik bisnis dalam sebuah iklan seminar bisnis. Coba bayangkan dengan kalimat
standar : “ABC Organizer
bekerjasama dengan DEF Institute mempersembahkan seminar bulan ini”. Apa
anda menjadi tertarik?
I = Interest: Memberikan
ketertarikan pembaca/prospek untuk lebih membaca lagi iklan/pemasaran tools
yang kita tawarkan dengan benefit, keuntungan yang akan didapatkan.
Misalnya : “Temukan Rahasia Sukses Membangun BISNIS dalam
waktu 4 Jam!”. Bandingkan jika hanya kalimat, “Seminar Bisnis : Cara Membangun Bisnis
Anda.” So what?
D = Desire :
Memberikan rasa/hasrat keinginan dari pembaca untuk mengikuti apa yang kita
tawarkan. Biasanya memberikan testimoni para pelanggan yang ada. Lalu
memberikan lebih detail apa yang ditawarkan dan apa yang akan didapatkan jika
mereka membeli produk/jasa dari kita. Lebih memberikan sebuah emotional benefit kepada mereka
sehingga ada keinginan untuk membeli.
A = Action: Membuat
prospek untuk segera Action,
dengan menghubungi kita segera untuk membeli atau mendaftar. Action field ini biasanya
dibatasi dengan waktu, jumlah terbatas, hadiah-hadiah/bonus/benefit tambahan
jika segera membeli/mendaftar pada waktu yang diberi batas.
Misalnya :“Hubungi sekarang 021-81234567 untuk
mendapatkan FREE tiket seminar sebelum tanggal 14 Februari 2012.″ Pasti
mau ‘kan?
Saat ini AIDA telah bertambah menjadi AIDA(S).
Ditambah dengan S :
S = Satisfaction: Buatlah
dan jagalah kepuasan dan pengalaman yang menyenangkan dari prospek yang telah
menjadi pelanggan tersebut agar ia membeli produk/jasa kita kembali dan
mereferensikan kepada teman-temannya untuk bisnis kita.
Sumber :
No comments:
Post a Comment