Saturday, November 28, 2015

Gaya Hidup, Kelas Sosial, Status Sosial, Nilai Sosial dan Budaya

GAYA HIDUP
Gaya hidup (Bahasa Inggris: lifestyle) adalah bagian dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah bergantung zaman atau keinginan seseorang untuk mengubah gaya hidupnya. Istilah gaya hidup pada awalnya dibuat oleh psikolog Austria, Alfred Adler, pada tahun 1929. Pengertiannya yang lebih luas, sebagaimana dipahami pada hari ini, mulai digunakan sejak 1961.

Menurut Kotler (2002:89) adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya. 

Gaya hidup adalah suatu titik tempat pertemuan antara kebutuhan ekspresi diri dan harapan kelompok terhadap seseorang untuk bertindak, yang tertuang dalam norma-norma kepantasan (Hastuti, 2007: 72). 

Sehingga dapat disimpulkan, bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang dimana terdapat titik temu antara kebutuhan ekspresi diri dengan harapan suatu kelompok tertentu yang diekspresikan dlm aktivitas, minat dan opininya. Tak ayal gaya hidup acapkali dijadikan identitas kelompok. Gaya hidup setiap kelompok akan mempunyai ciri khas tersendiri. Sehingga, gaya hidup suatu masyarakat berbeda dengan masyarakat lainnya.



KELAS SOSIAL
Kelas sosial adalah stratifikasi sosial menurut ekonomi (menurut Barger). Ekonomi dalam hal ini cukup luas yaitu meliputi sisi pendidikan dan pekerjaan karena pendidikan dan pekerjaan seseorang pada zaman sekarang sangat mempengaruhi kekayaan / perekonomian individu.
Pengertian kelas sosial adalah pembagian kelas dalam masyarakat berdasarkan kriteria tertentu, baik menurut agama, pendidikan, status ekonomi, keturunan dan lain-lain. Setiap masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu dalam masyarakat yang bersangkutan dan setiap masyarakat pasti mempunyai atau memiliki sesuatu yang dihargainya.

Adapun definisi dari kelas sosial menurut para ahli sosiologi ialah :

  • Menurut Pitrim A. Sorokin yang dimaksud dengan kelas sosial adalah “Pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas - kelas secara bertingkat (hierarchis). Dimana perwujudannya adalah lapisan-lapisan atau kelas-kelas tinggi, sedang, ataupun kelas-kelas yang rendah ”.
  • Menurut Peter Beger mendifinisikan kelas sebagai “a type of stratification in which one’s general position in society is basically determined by economic criteria” seperti yang dirumuskan Max dan Weber, bahwa konsep kelas dikaitkan dengan posisi seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi, maksudnya disini adalah bahwasanya pembedaan kedudukan seseorang dalam masyarakat berdasarkan kriteria ekonomi. Apabila semakin tinggi perekonomian seseorang maka semakin tinggi pula kedudukannya, dan bagi mereka perekonomiannya bagus (berkecukupan) termasuk kategori kelas tinggi (high class), begitu juga sebaliknya bagi mereka yang perekonomiannya cukup bahkan kurang, mereka termasuk kategori kelas menengah (middle class) dan kelas bawah (lower class). 
  • Jeffries mendefinisikan kelas sosial merupakan “social and economic groups constituted by a coalesence of economic, occupational, and educational bonds”. Maksudnya adalah bahwa konsep kelas melibatkan perpaduan antara ikatan-ikatan. Yang diantaranya adalah ekonomi, pekerjaan dan pendidikan. Yang mana ketiga dimensi tersebut saling berkaitan. Jeffries mengemukakan bahwa ekonomi bukanlah satu-satunya dasar yang dijadikan pedoman untuk mengklasifikasikan adanya kelas sosial, akan tetapi ketiga dimensi diatas mempunyai keterikatan yang erat. Seperti contoh orang yang mempunyai ekonomi yang bagus (kaya) belum tentu mempunyai pendidikan yang bagus (sarjana). Menurut Jeffries pendidikan dan pekerjaan juga merupakan aspek penting dari kelas, karena pendidikan sering menjadi prasyarat untuk seseorang mendapatkan pekerjaan yang layak.
  • Bernard Barber mendefinisikan kelas sosial sebagai sebagai himpunan keluarga. Menurutnya, bahwa kedudukan seorang anggota keluarga dalam suatu anggota kelas terkait dengan kedudukan anggota keluarga lain. Bilamana seorang kepala keluarga atau anggota keluarga menduduki suatu status tinggi maka status anggota keluarga yang lain akan mendapatkan status yang tinggi pula. Sebaliknya apabila status kepala keluarga mengalami penurunan maka menurun pula status anggota keluarganya.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli sosiologi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kelas sosial adalah pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarchis), yang mana terjadinya pembedaan kelas dalam masyarakat tersebut didasarkan pada faktor ekonomi, pendidikan, pekerjaan dan keterkaitan status (jabatan) seorang anggota keluarga dengan status anggota keluarga yang lain, bilamana jabatan kepala keluarga naik, maka status anggota keluarga yang lain ikut naik pula.

Faktor-faktor yangmemepengaruhi kelas sosial terdapat 3 bagian :

  • Kekayaan dan penghasilan, diperoleh dari pekerjaan profesional lebih berfungsi daripada penghasilan yang berwujud upah pekerjaan kasar. Sumber dan jenis penghasilan seseorang inilah yang memberi gambaran tentang latar belakang keluarga dan kemungkinan cara hidupnya. Sehingga, uang memang merupakan determinan kelas sosial yang penting, hal tersebut sebagian disebabkan oleh perannya dalam memberikan gambaran tentang latar belakang keluarga dan cara hidup seseorang.
  • Pekerjaan, merupakan aspek kelas sosial yang penting, karena begitu banyak segi kehidupan lainnya yang berkaitan dengan pekerjaan. Jika dapat mengetahui jenis pekerjaan seseorang, maka kita bisa menduga tinggi rendahnya pendidikan, standar hidup, teman bergaul, jam bekerja, dan kebiasaan sehari-harinya.
  • Pendidikan, hal yang sangat berpengaruh terhadap lahirnya kelas sosial dimasyarakat, hal ini disebabkan karena apabila seseorang mendapatkan pendidikan yang tinggi maka memerlukan biaya dan motivasi yang besar, kemudian jenis dan tinggi-rendahnya pendidikan juga mempengaruhi jenjang kelas sosial.

Klasifikasi Kelas Sosial
Pembagian Kelas Sosial terdiri atas 3 bagian yaitu:

aBerdasarkan Status Ekonomi.

1)Aristoteles membagi masyarakat secara ekonomi menjadi kelas atau golongan:
- Golongan sangat kaya;
- Golongan kaya dan;
- Golongan miskin.
Aristoteles menggambarkan ketiga kelas tersebut seperti piramida :



Golongan pertama
:
merupakan kelompok terkecil dalam masyarakat. Mereka terdiri dari pengusaha, tuan tanah dan bangsawan.
Golongan kedua
:
merupakan golongan yang cukup banyak terdapat di dalam masyarakat. Mereka terdiri dari para pedagang, dsbnya.
Golongan ketiga
:
merupakan golongan terbanyak dalam masyarakat. Mereka kebanyakan rakyat biasa.


2)
Karl Marx juga membagi masyarakat menjadi tiga golongan, yakni:
a. Golongan kapitalis atau borjuis : adalah mereka yang menguasai tanah dan alat produksi.
b. Golongan menengah : terdiri dari para pegawai pemerintah.
c. Golongan proletar : adalah mereka yang tidak memiliki tanah dan alat produksi. Termasuk     didalamnya adalah kaum buruh atau pekerja pabrik.

Menurut Karl Marx golongan menengah cenderung dimasukkan ke golongan kapatalis karena dalam kenyataannya golongan ini adalah pembela setia kaum kapitalis. Dengan demikian, dalam kenyataannya hanya terdapat dua golongan masyarakat, yakni golongan kapitalis atau borjuis dan golongan proletar. 


3)
Pada masyarakat Amerika Serikat, pelapisan masyarakat dibagi menjadi enam kelas yakni:
a. Kelas sosial atas lapisan atas ( Upper-upper class)
b. Kelas sosial atas lapisan bawah ( Lower-upper class)
c. Kelas sosial menengah lapisan atas ( Upper-middle class)
d. Kelas sosial menengah lapisan bawah ( Lower-middle class)
e. Kelas sosial bawah lapisan atas ( Upper lower class)
f. Kelas sosial lapisan sosial bawah-lapisan bawah ( Lower-lower class)





Kelas sosial pertama
:
keluarga-keluarga yang telah lama kaya.
Kelas sosial kedua
:
belum lama menjadi kaya
Kelas sosial ketiga
:
pengusaha, kaum profesional
Kelas sosial keempat
:
pegawai pemerintah, kaum semi profesional, supervisor, pengrajin terkemuka
Kelas sosial kelima
:
pekerja tetap (golongan pekerja)
Kelas sosial keenam
:
para pekerja tidak tetap, pengangguran, buruh musiman, orang bergantung pada tunjangan.

4) Dalam masyarakat Eropa dikenal 4 kelas, yakni:
1.
Kelas puncak (top class)
2.
Kelas menengah berpendidikan (academic middle class)
Kelas menengah ekonomi (economic middle class)
3.
Kelas pekerja (workmen dan Formensclass)
4.
Kelas bawah (underdog class)

b.Berdasarkan Status Sosial
Kelas sosial timbul karena adanya perbedaan dalam penghormatan dan status sosialnya. Misalnya, seorang anggota masyarakat dipandang terhormat karena memiliki status sosial yang tinggi, dan seorang anggota masyarakat dipandang rendah karena memiliki status sosial yang rendah. 
Contoh : 
Pada masyarakat Bali, masyarakatnya dibagi dalam empat kasta, yakni Brahmana, Satria, Waisya dan Sudra. Ketiga kasta pertama disebut Triwangsa. Kasta keempat disebut Jaba. Sebagai tanda pengenalannya dapat kita temukan dari gelar seseorang. Gelar Ida Bagus dipakai oleh kasta Brahmana, gelar cokorda, Dewa, Ngakan dipakai oleh kasta Satria. Gelar Bagus, I Gusti dan Gusti dipakai oleh kasta Waisya, sedangkan gelar Pande, Khon, Pasek dipakai oleh kasta Sudra.



STATUS SOSIAL
Status sosial adalah suatu kedudukan sosial seseorang di masyarakat yang dapat diperoleh dengan sendirinya (otomatis) melalui usaha ataupun karena pemberian. Interaksi sosial akan mendorong individu untuk dapat mencapai status sosial yang lebih tinggi. Status sosial yang lebih tinggi akan berpengaruh pula pada sikap dan rasa penghargaan yang tinggi dari masyarakat. Oleh karena itu, setiap orang akan berusaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi.

Sebagai contoh, seorang pejabat tentunya memiliki ruang lingkup interaksi yang lebih luas dan bervariatif bila dibandingkan dengan seorang petani. Pejabat akan berinteraksi dengan banyak orang dan dari berbagai status dan latar belakang yang berbeda-beda, mulai dari masyarakat biasa, pengusaha, politikus, teknokrat, akademis, dan sebagainya yang berkaitan dengan tugas dan fungsinya. Lain halnya dengan petani, dalam kesehariannya ia hanya berinteraksi dengan sedikit orang yang status dan latar belakangnya juga tidak jauh bebeda dengan dirinya.

1.      Macam-Macam Status Sosial
Beberapa macam status sosial yaitu:
a.      Ascribed status
Ascribed status, yaitu status sosial yang diperoleh dengan sendirinya atau otomatis akan didapatkan karena faktor keturunan. Status yang diperoleh memungkinkan orang untuk bersikap pasif. Seseorang dapat memiliki status ini tanpa harus berjuang ataupun melakukan usaha apa pun. Contohnya anak seorang bangsawan akan menjadi bangsawan pula dan mendapatkan kehormatan dari masyarakat karena status sosial yang diwariskan dan yang dimiliki oleh orang tuanya.

b.      Achieved status
Achieved status, yaitu status yang diperoleh melalui usaha yang disengaja terlebih dahulu. Untuk memperoleh status ini harus melalui perjuangan yang panjang dengan memerlukan pengorbanan dan lebih bersifat terbuka bagi siapa saja, tergantung dari kemampuan masing-masing dalam mengejar serta mencapai tujuan-tujuannya. Hampir semua status yang dimiliki oleh seseorang di masyarakat harus diperjuangkan terlebih dahulu dalam meraihnya. Contohnya untuk menjadi sarjana harus melalui perjuangan terlebih dahulu. Seorang sarjana akan berjuang dengan keras untuk memperoleh gelar akademisnya. Tingkatan pendidikan dalam masa yang panjang harus dilalui untuk mencapainya yang juga memerlukan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran, dan biaya.

c.       Assigned status
Assigned status, yaitu status yang diberikan oleh masyarakat sebagai tanda penghargaan atas jasanya. Pada dasarnya status yang diperoleh adalah akibat dari status yang telah diperolehnya terlebih dahulu. Contohnya seorang pahlawan yang dihargai oleh masyarakat atas jasa perjuangannya. Untuk menjadi seorang yang disebut pahlawan tentu ia harus berjuang mencapai statusnya dengan semua pengorbanan, baik jiwa maupun raga.

Pada masyarakat terdapat jenjang (stratifikasi sosial) yang merupakan penggolongan seseorang sesuai dengan status sosialnya. Penggolongan tersebut apabila didasari oleh kriteria ekonomi disebut kelas sosial. Kelas sosial ini terbagi atas kelas sosial atas, menengah, dan bawah. Pada umumnya istilah kelas sosial lebih menunjukkan pada kelompok kelas sosial atas. Mereka merupakan golongan orang-orang yang kaya dan bergengsi. Mereka bangga dengan status sosial yang disandangnya. Semakin tinggi kelas sosialnya, maka akan semakin tinggi pula prestise (gengsi) yang dimilikinya. Oleh karena itu, mereka membentuk ciri tertentu agar tampak berbeda dengan kelas sosial yang lain. Ciri-ciri tersebut merupakan kebanggaan bagi pemiliknya. Ciri-ciri atau tanda tertentu yang dapat menunjukkan kelas sosial disebut simbol status.

Beberapa simbol status masyarakat kelas atas, yaitu:
a.      Tempat tinggal
Kelas sosial atas biasanya tinggal di perumahan elite yang mewah dan memiliki prestise tinggi. Orang yang tinggal di perumahan mewah menunjukkan bahwa ia adalah kelompok orang kaya. Perumahan yang mewah dengan semua fasilitasnya akan memberikan kebanggaan bagi pemiliknya. Dengan melihat tempat tinggalnya, orang sudah dapat menilai kelas sosial seseorang.

b.      Kekayaan
Kekayaan menjadi unsur utama yang sering ditonjolkan seperti mobil mewah, perhiasan, dan sebagainya. Kekayaan menjadi bagian terpenting dalam kelompok sosial karena dianggap sebagai simbol kesuksesan. Mobil mewah seperti merk jaguar sangat langka di Indonesia karena harganya yang mahal dan jumlahnya yang terbatas. Mobil ini memberi kebanggaan tersendiri bagi orang yang memiliki dan memakainya.

c.       Penghasilan
Pada umumnya kelas sosial atas memiliki penghasilan yang tinggi. Mereka pada umumnya para eksekutif yang bekerja dalam bidang pekerjaan tertentu dan menjadi orang yang sukses. Ada hubungan yang erat antara penghasilan dengan jenis pekerjaan. Kelompok sosial atas mempunyai pekerjaan yang elite dengan penghasilan yang tinggi.

d.      Pakaian
Pakaian yang digunakan oleh kelompok sosial atas adalah pakaian yang bagus dan mahal. Mereka bangga mengenakan pakaian produksi luar negeri seperti baju buatan Italia, parfum dari Prancis, dan sebagainya.

e.       Kegemaran
Kegemaran atau hobi kelompok sosial atas adalah kegiatan-kegiatan yang memerlukan biaya yang besar, seperti shopping ke luar negeri, olahraga golf, dan sebagainya. Setiap orang mempunyai jenis kegemaran tertentu. Ada kegiatan tertentu yang dapat dilakukan oleh orang umum, tetapi juga menjadi status simbol kelas sosial atas, misalnya memancing. Memancing merupakan kegemaran dari setiap orang tanpa batas kelas sosial. Tetapi memancing menjadi hobby elit ketika dilakukan oleh golongan kelas sosial atas. Mereka memancing Blue Marlyn di laut lepas dengan menggunakan kapal pesiar mewah.


NILAI SOSIAL
Nilai Sosial adalah segala sesuatu yang dianggap berharga oleh masyarakat. Pengertian nilai sosial juga merupakan anggapan masyarakat tentang sesuatu yang diharapkan, indah, dan benar. 

Jenis-jenis nilai sosial menurut Prof Dr.Notonagoro adalah sebagai berikut :

  1. Nilai material adalah nilai yang meliputi berbagai konsepsi mengenai segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia. Salah satu contoh nilai materialadalah sandang dan pangan.
  2. Nilai vital adalah nilai yang meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berguna bagi manusia dalam melaksanakan berbagai aktivitas. Salah satu contoh nilai vital adalah buku pelajaran yang berguna bagi siswa saat belajar.
  3. Nilai kerohanian adalah nilai yang meliputi berbagai konsepsi yang berkaitan dengan segala sesuatu yang berhubungan dengan kebutuhan rohani manusia. Salah satu contoh nilai kerohanian adalah beribadah.

Nilai kerohanian dibedakan lagi menjadi 4 macam yaitu :

  1. Nilai kebenaran (kenyataan) yang bersumber dari unsur akal manusia (ratio, budi, cipta). Contoh nilai kebenaran: Bumi itu bentuknya bulat, garam rasanya asin, gula rasanya manis, matahari adalah bintang, manusia bernapas dengan oksigen, dll.
  2. Nilai keindahan, yang bersumber dari unsur rasa manusia (perasaan, estetis). Contoh: Tari-tarian, lukisan, patung, perhiasan, dll.
  3. Nilai moral (kebaikan) yang bersumber dari unsur kehendak atau kemauan (karsa, etika). Contoh: norma dalam masyarakat, larangan, aturan, adat istiadat, dll.
  4. Nilai religious yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak. Contoh: Ritual-ritual keagamaan.

Selain itu, ada juga nilai sosial yang dilihat dari sifat, ciri, dan tingkat keberadaannya. Berikut adalah jenis-jenis nilai sosial dilihat dari sifatnya :

  • Nilai Kepribadian adalah nilai-nilai yang membentuk kepribadian (karakter) seseorang. Contoh nilai kepribadian adalah lingkungan, emosi, kreativitas, gagasan, ide, dll.
  • Nilai kebendaan adalah nilai yang dapat diukur dari kegunaannya sehari-hari. Contoh nilai kebendaan adalah meja, alat tulis, dll.
  • Nilai biologis adalah nilai yang berkaitan dengan kehidupan manusia. Contoh nilai biologis adalah olahraga dan menjaga kesehatan.
  • Nilai hukum adalah nilai yang harus dipatuhi oleh setiap orang tanpa kecuali Contoh nilai hukum adalah undang-undang, pidana, dan perdata.
  • Nilai pengetahuan adalah nilai yang didapat dari pengalaman atau proses belajar. Contoh nilai pengetahuan adalah ilmu dan buku pengetahuan.
  • Nilai agama adalah nilai yang erat hubungannya dengan ketuhanan. Nilai ini disesuaikan dengan agama dan kepercayaannya masing-masing. Contoh nilai agama adalah kitab suci, cara beribadah, dan upacara adat.
  • Nilai keindahan adalah nilai yang mencerminkan estetika dan kebudayaan. Contoh nilai keindahan adalah lukisan, tarian, patung, perhiasan, dekorasi, dll.

Berikut adalah jenis-jenis nilai sosial berdasarkan cirinya:

  1. Nilai yang tercernakan atau mendarah daging adalah nilai yang telah mendarah daging dalam manusia menjadi kepribadian dan naluri. Contohnya adalah rasa ingin menolong.
  2. Nilai dominan adalah nilai yang dianggap lebih penting dibandingkan nilai-nilai yang lain. Banyak faktor yang menjadikan nilai tersebut dominan seperti jumlah penganut, usia, dan kedudukan nilai tersebut.

Berikut adalah jenis-jenis nilai sosial berdasarkan tingkat keberadaannya:

  1. Nilai yang berdiri sendiri adalah nilai yang sudah ada di dalam manusia atau suatu hal sejak pertama kali diciptakan. Contohnya emas yang berkilau, manusia yang tampan atau cantik, dan pemandangan yang asri.
  2. Nilai yang tidak berdiri sendiri adalah nilai yang diperoleh manusia atau suatu hal karena usaha atau bantuan dari pihak lain. Contohnya kepandaian, keterampilan, dan keindahan pada suatu hasil kerajinan.



BUDAYA
Pengertian dari budaya itu sendiri adalah hasil akal dan budi manusia yang dilestarikan secara turun temurun dan berkembang sehingga hasil tersebut masih bisa dirasakan sampai sekarang dari generasi ke generasi berikutnya. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas.  Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia.

Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culturejuga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia.

Menurut para ahli, pengertian kebudayaan adalah sebagai berikut :

  • Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial,norma sosial, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
  • Menurut Edward Burnett Taylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang didapat seseorang sebagai anggota masyarakat.
  • Menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.

Jadi kesimpulannya bahwa nilai budaya adalah suatu bentuk konsepsi umum yang dijadikan pedoman dan petunjuk di dalam bertingkah laku baik secara individual, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan tentang baik buruk, benar salah, patut atau tidak patut.

Pada dasarnya, sistem nilai budaya ini merupakan rangkaian dari konsep-konsep abstrak yang hidup dalam masyarakat, mengenai apa yang dianggap penting dan berharga, tetapi juga mengenai apa yang dianggap remeh dan tidak berharga dalam hidup. Sistem nilai budaya ini menjado pedoman dan pendorong perilaku manusia dalam hidup yang memanifestasi kongkritnya terlihat dalam tata kelakuan. Dari sistem nilai budaya termasuk norma dan sikap yang dalam bentuk abstrak tercermin dalam cara berfikir dan dalam bentuk konkrit terlihat dalam bentuk pola perilaku anggota-anggota suatu masyarakat.

Adapun nilai-nilai budaya yang diterapkan di Indonesia, misal dengan menerapkan nilai-nilai budaya berdasarkan nilai pancasila, yaitu nilai Ketuhanan, nilai kerakyatan, nilai persatuan, nilai kemusyawaratan, dan nilai keadilan. Nilai-nilai ini, dapat menimbulkan karakteristik Indonesia yang kental akan budaya demokrasinya. Sebelumnya, karakteristik secara etimologis berasal dari bahasa Inggris, yaitu berasal dari kata character. Arti character sendiri adalah watak, sifat, dan peran. Karakter bisa diartikan sebagai suatu sifat ataupun cirri-ciri yang khusus (yang membedakannya dengan yang lain). Characteristic adalah sifat yang khas, yaitu sebuah keistimewaan atau ciri kahas yang membantu dalam mengenal seseuatu, memisahkannya dengan yang lain, atau mendeskripsikan secara jelas dan nyata; sebuah tanda yang berbeda.  

Jadi jika kita gabungkan pada suatu aspek budaya, karakteristik kebudayaan adalah sesuatu yang dapat dipelajari, dapat ditukar dan dapat berubah, itu terjadi ‘hanya jika’ ada jaringan interaksi antarmanusia dalam bentuk komunikasi antarpribadi maupun antarkelompok budaya yang terus menerus. Dalam hal ini, seperti yang dikatakan oleh Edward T. Hall, budaya adalah komunikasi; komunikasi adalah budaya. Jika kebudayaan diartikan sebagai sebuah kompleksitas total dari seluruh pikiran, perasaan, dan perbuatan manusia, maka untuk mendapatkannya dibutuhkan sebuah usaha yang selalu berurusan dengan orang lain.

Karaktersitik dari kebudayaan membentuk perilaku – perilaku komunikasi yang khusus, yang tampil dalam konsep subkultur. Subkultur adalah kebudayaan yang hanya berlaku bagi anggota sebuah komunitas dalam satu kebudayaan makro. Sebagai contoh para homosex atau lesbi mempunyai kebudayaan khusus, apakah itu dari segi pakaian, makanan, istilah, atau bahasa yang digunakan sehari-hari.



SUMBER :
http://www.pengertianpakar.com/2015/09/pengertian-budaya-unsur-dan-ciri-cirinya.html

Monday, November 2, 2015

Sikap, Persepsi, Minat, Motivasi dan Faktor perilaku Pembelian Konsumen

SIKAP
A. Definisi Sikap
Sikap adalah kecenderungan bertindak, berpikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap bukanlah perilaku, tetapi merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Sikap relatif lebih menetap atau jarang mengalami perubahan. 

B.  Komponen Sikap 
Ada tiga komponen yang secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu :  
  • Komponen Kognitif (Cognitive), berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat diharapkan dari obyek tertentu. 
  • Komponen Afektif (Affective), menyangkut masalah emosional subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan perasaan yang dimiliki obyek tertentu. 
  • Komponen Konatif (Conative), komponen konatif atau komponen perilaku dalam struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek sikap yang dihadapi (Notoatmodjo,1997). 
C.   Karakteristik Sikap
Ø  Sikap ekstrem (sulit berubah).
Ø Multifleksitas : mudah berubah secara kongruen, namun sulit berubah secara inkongruen dan sebaliknya. 
ØKonsistensi (sikap yang stabil). 
ØInterconnectedness : keterikatan suatu sikap dengan sikap lain dalam suatu kluster. 
ØKonsonan : sikap yang saling berderajat selaras akan lebih cenderung membentuk suatu kluster.

D.  Fungsi Sikap 
Untuk melihat lebih lanjut mengenai sikap belajar sebenarnya ada sesuatu yang melatarbelakangi mengapa siswa mengambil sikap. Hal ini berkaitan erat dengan fungsi sikap, sebagai berikut :

  1. Sikap sebagai instrumen atau alat untuk mencapai tujuan (instrumental function). Seseorang mengambil sikap tertentu terhadap objek atas dasar pemikiran sampai sejauh mana objek sikap tersebut dapat digunakan sebagai alat atau instrumen untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Kalau objek itu mendukung dalam pencapaian tujuan, maka orang akan mempunyai sikap yang positif terhadap objek yang bersangkutan, demikian pula sebaliknya. Fungsi ini juga sering disebut sebagai fungsi penyesuaian (adjustment), karena dengan mengambil sikap tertentu seseorang akan dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya. 
  2. Sikap sebagai pertahanan ego. Kadang-kadang orang mengambil sikap tertentu terhadap sesuatu objek karena untuk mempertahankan ego atau akunya. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan mengambil sikap tertentu terhadap objek demi pertahanan egonya. Misalnya orang tua mengambil sikap begitu keras (walaupun sikap itu sebetulnya tidak benar), hal tersebut mungkin karena dengan sikap keadaan ego atau aku-nya dapat dipertahankan. 
  3. Sikap sebagai ekspresi nilai. Yang dimaksud ialah bahwa sikap seseorang menunjukkan bagaimana nila-nilai pada orang tua. Sikap yang diambil oleh seseorang mencerminkan sistem nilai yang ada pada diri orang tersebut. 
  4. Sikap sebagai fungsi pengetahuan. Ini berarti bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap sesuatu objek akan mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut. Apabila pengetahuan seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka hal itu akan berpengaruh pada sikap orang itu terhadap objek tersebut

PERSEPSI
A.    Definisi Persepsi
Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya (Meider, 1958).

B.     Jenis-Jenis Persepsi
Proses pemahaman terhadap rangsang atau stimulus yang diperoleh oleh indera menyebabkan persepsi terbagi menjadi beberapa jenis :
1.   Persepsi Visual: Persepsi visual didapatkan dari indera penglihatan. Persepsi ini adalah persepsi yang paling awal berkembang pada bayi, dan mempengaruhi bayi dan balita untuk memahami dunianya. Persepsi visual merupakan topik utama dari bahasan persepsi secara umum, sekaligus persepsi yang biasanya paling sering dibicarakan dalam konteks sehari-hari. 
2.      Persepsi Auditori: Persepsi auditori didapatkan dari indera pendengaran yaitu telinga. 
3.      Persepsi Perabaan: Persepsi pengerabaan didapatkan dari indera taktil yaitu kulit.
4.      Persepsi Penciuman: Persepsi penciuman atau olfaktori didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung. 
5.   Persepsi Pengecapan: Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu lidah. 

C.     Proses Persepsi
Persepsi merupakan bagian dari seluruh proses yang menghasilkan tanggapan yang dimana setelah rangsangan diterapkan keapada manusia. Subprosesnya adalah pengenalan,prasaan, dan penalaran. persepsi dan kognisi diperlukan dalam semua kegiatan psikologis. Rasa dan nalar bukan merupakan bagian yang perlu dari setiap situasi rangsangan-tanggapan, sekalipun kebanyakan tanggapan individu yang sadar dan  bebas terhadap satu rangsangan, dianggap dipengaruhi oleh akal atau emosi atau kedua-duanya.
Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponan utama berikut :
  • Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
  • Interprestasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interprestasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi, kepribadian, dan kecerdasan. Interprestasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkatagoriaan informasi yang kompleks menjadi sarjana.
  • Interprestasi dan persepsi kemudian ditrjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai rekasi (Depdikbud, 1985), dalam Soelaeman, 1987). Jadi, proses persepsi adalah melakukan seleksi, interprestasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai.

MINAT
Minat adalah suatu proses kejiwaan yang bersifat abstrak yang dinyatakan oleh seluruh keadaan aktivitas, ada objek yang dianggap bernilai sehingga diketahui dan dinginkan. Sehingga proses jiwa menimbulkan kecenderungan perasaan terhadap sesuatu, gairah atau keinginan terhadap sesuatu. Bisa dikatakan pula bahwa minat menimbulkan keinginan yang kuat terhadap sesuatu. Keinginan ini disebabkan adanya rasa dorongan untuk meraihnya, sesuatu itu bisa berupa benda, kegiatan, dan sebagainya baik itu yang membahagiakan ataupun menakutkan.


MOTIVASI
Motivasi merupakan sesuatu hal yang membangkitkan, mempertahankan, mengelola dan membawa tingkah laku pada suatu tujuan tertentu. Minat merupakan unsur psikologis yang menjadi sumber motivasi. Minat mendorong(memetivasi) seseorang dalam bertindak dan berbuat sesuai arah minatnya.
Antara kebutuhan, minat dan motivasi terdapat hubungan yang erat. Minat muncul karena rasa kebutuhan dan kebutuhan menuntut adanya pemuasan. Pemuasan ini diperoleh dari perbuatan (aktualisasi) minat, minat inilah yang akhirnya memotivasi seseorang untuk berbuat sesuatu.


FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELIAN KONSUMEN
1.      Faktor Sosial
  • Grup
Sikap dan perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak grup-grup kecil. Kelompok dimana orang tersebut berada yang mempunyai pengaruh langsung disebut membership group. Membership group terdiri dari dua, meliputi primary groups (keluarga, teman, tetangga, dan rekan kerja) dan secondary groups yang lebih formal dan memiliki interaksi rutin yang sedikit (kelompok keagamaan, perkumpulan profesional dan serikat dagang). (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp. 203-204).
Contoh Kasus :
Seorang wanita yang berkumpul dengan teman-temannya, ketika teman-temannya sedang membicarakan produk fashion merk ZARA lebih baik dari merk GUCCI maka ia akan lebih memilih merk ZARA dibandingkan merk GUCCI. Hal ini dii sebabkan pengaruh dari primary groups yaitu teman-temannya.
  • Pengaruh Keluarga
Keluarga memberikan pengaruh yang besar dalam perilaku pembelian. Para pelaku pasar telah memeriksa peran dan pengaruh suami, istri, dan anak dalam pembelian produk dan servis yang berbeda. Anak-anak sebagai contoh, memberikan pengaruh yang besar dalam keputusan yang melibatkan restoran fast food. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.204).
Contoh Kasus :
Ketika satu keluarga yang terdiri dari suami,istri dan anak berjala-jalan di sebuat pusat perbelanjaan. Biasanya sang anak lah yang akan memberikan pengaruh terhadap restoran mana yang akan menjadi tempat ia dan keluarganya makan. Hal ini membuktikan bahwa keluarga mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap perilaku konsumen terhadap pembelian.

2.      Faktor Personal
  • Situasi Ekonomi
Keadaan ekonomi seseorang akan mempengaruhi pilihan produk, contohnya rolex diposisikan konsumen kelas atas sedangkan timex dimaksudkan untuk konsumen menengah. Situasi ekonomi seseorang amat sangat mempengaruhi pemilihan produk dan keputusan pembelian pada suatu produk tertentu (Kotler, Amstrong, 2006, p.137).
Contoh Kasus :
Andi yang seorang direktur dan Dion yang seorang karyawan biasa akan berbeda dalam pemilihan produk dan keputusan pada suatu produk tertentu. Karna mereka mempunyai situasi ekonomi yang berbeda.
  • Gaya Hidup
Pola kehidupan seseorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dan opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial, dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yang berbeda (Kotler, Amstrong, 2006, p.138).
Contoh Kasus :
Dua orang yang mempunyai jabatan sama dalam pekerjaannya belom tentu mempunyai gaya hidup yang sama. Tn X dan Tn Y mempunyai pekerjaan yang sama yaitu sebagai OB di salah satu perusahaan. Walaupun mereka mempunya pekerjaan yang sama tetapi gaya hidup mereka tidak sama. Tn X lebih simple dan lebih bersikap hemat terhadap pendapatannya berbeda dengan Tn Y yang lebih boros menggunakan pendapatannya untuk hal yang tidak terlalu penting.
  • Umur dan Siklus Hidup
Orang-orang merubah barang dan jasa yang dibeli seiring dengan siklus kehidupannya. Rasa makanan, baju-baju, perabot, dan rekreasi seringkali berhubungan dengan umur, membeli juga dibentuk oleh family life cycle. Faktor-faktor penting yang berhubungan dengan umur sering diperhatikan oleh para pelaku pasar. Ini mungkin dikarenakan oleh perbedaan yang besar dalam umur antara orang-orang yang menentukan strategi marketing dan orang-orang yang membeli produk atau servis. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.205-206)
Contoh Kasus :
Faktor umur memang merupakan faktor yang cukup penting. Dalam sebuah kasus, Seorang lansia tidak akan membeli susu formula untuk anak-anak dan anak-anak tidak akan membeli popok yang digunakan untuk orang orang lanjut usia.
  • Pekerjaan
Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang dibeli (Kotler, Bowen,Makens, 2003, p. 207). Contoh Kasus : Pekerja konstruksi sering membeli makan siang dari catering yang datang ke tempat kerja. Bisnis eksekutif, membeli makan siang dari full service restoran, sedangkan pekerja kantor membawa makan siangnya dari rumah atau membeli dari restoran cepat saji terdekat.

3.      Faktor Psikologi
  • Motivasi
    Kebutuhan yang mendesak untuk mengarahkan seseorang untuk mencari kepuasan dari kebutuhan. Berdasarkan teori Maslow, seseorang dikendalikan oleh suatu kebutuhan pada suatu waktu. Kebutuhan manusia diatur menurut sebuah hierarki, dari yang paling mendesak sampai paling tidak mendesak (kebutuhan psikologikal, keamanan, sosial, harga diri, pengaktualisasian diri). Ketika kebutuhan yang paling mendesak itu sudah terpuaskan, kebutuhan tersebut berhenti menjadi motivator, dan orang tersebut akan kemudian mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting berikutnya (Kotler, Bowen, Makens, 2003, p.214). Contoh Kasus : Ny. M yang seorang artis terkenal membutuhkan keamanan yang ekstra untuk menjaga dirinya, dalam hal ini keamanan merupakan motivator dalam dirinya yang mendesak. Ketika dia mempunyai seorang bodyguard yang siap menjaganya maka kebutuhan keamanan tersebut tidak lagi menjadi motivator. Selanjutnya NY.M  akan mencoba untuk memuaskan kebutuhan paling penting selanjutnya.
  • Attitudes
     Attitudes adalah evaluasi, perasaan suka atau tidak suka, dan kecenderungan yang relatif konsisten dari seseorang pada sebuah obyek atau ide (Kotler, Amstrong, 2006, p.145). Contoh Kasus : Seseorang yang tidak menyukai buah durian tidak akan membeli durian dan biasanya dia akan tetap konsisten sekalipun ia melihat  sedang diskon 50% di pasar swalayan.
  • Beliefs
Beliefs adalah pemikiran deskriptif bahwa seseorang mempercayai sesuatu. Beliefs dapat didasarkan pada pengetahuan asli, opini, dan iman (Kotler, Amstrong, 2006, p.144). Contoh Kasus : Ketika seseorang mempunyai kepercayaan yang tinggi misalnya terhadap agamanya. Ny. X seorang muslimah yang taat akan sering membeli kerudung atau jilbab untuk menutupi rambutnya karna seorang muslimah sudah seharusnya seperti itu.

4.      Faktor Kebudayaan
Nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang melalui keluarga dan lembaga penting lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.129). Penentu paling dasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Culture, mengkompromikan nilai-nilai dasar, persepsi, keinginan, dan perilaku yang dipelajari seseorang secara terus-menerus dalam sebuah lingkungan. (Kotler, Bowen, Makens, 2003, pp.201-202).
·         Kelas Sosial
Pengelompokkan individu berdasarkan kesamaan nilai, minat, dan perilaku. Kelompok sosial tidak hanya ditentukan oleh satu faktor saja misalnya pendapatan, tetapi ditentukan juga oleh pekerjaan, pendidikan, kekayaan, dan lainnya (Kotler, Amstrong, 2006, p.132).
Contoh Kasus : Tn. F yang seorang milioner akan membeli suatu produk yang harganya mahal, sama seperti seorang direktur utama biasanya juga akan membeli suatu produk yang harganya mahal. Hal itu menunjukan bahwa kelas sosial sangan mempengaruhi keputusan konsumen dalam melakukan pembelian.


GAYA HIDUP (LIFESTYLE)

Pengertian Gaya Hidup – Gaya hidup menurut Kotler (2002, p. 192)adalah pola hidup seseorang di dunia yang iekspresikan dalam aktivitas, minat, dan opininya. Gaya hidup menggambarkan “keseluruhan diri seseorang” dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Gaya hidup menggambarkan seluruh pola seseorang dalam beraksi dan berinteraksi di dunia. Menurut Assael (1984, p. 252), gaya hidup adalah “A mode of living that is identified by how people spend their time (activities), what they consider important in their environment (interest), and what they think of themselves and the world around them (opinions)”.

Secara umum dapat diartikan sebagai suatu gaya hidup yang dikenali dengan bagaimana orang menghabiskan waktunya (aktivitas), apa yang penting orang pertimbangkan pada lingkungan (minat), dan apa yang orang pikirkan tentang diri sendiri dan dunia di sekitar (opini). Sedangkan menurut Minor dan Mowen (2002, p. 282), gaya hidup adalah menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu. Selain itu, gaya hidup menurut Suratno dan Rismiati (2001, p. 174) adalah pola hidup seseorang dalam dunia kehidupan sehari-hari yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapat yang bersangkutan. Gaya hidup mencerminkan keseluruhan pribadi yang berinteraksi dengan lingkungan.

Dari berbagai di atas dapat disimpulkan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang dinyatakan dalam kegiatan, minat dan pendapatnya dalam membelanjakan uangnya dan bagaimana mengalokasikan waktu. Faktor-faktor utama pembentuk gaya hidup dapat dibagi menjadi dua yaitu secara demografis dan psikografis. Faktor demografis misalnya berdasarkan tingkat pendidikan, usia, tingkat penghasilan dan jenis kelamin, sedangkan faktor psikografis lebih kompleks karena indikator penyusunnya dari karakteristik konsumen.


YUPPIES
Yuppies, atau Young Urban Professionals (kadang juga disebut Young Upwardly Mobile Professionals) merupakan sebuah fenomena yang kini marak terjadi di kota-kota besar di seluruh dunia, termasuk di Jakarta. Sebagai kota metropolitan, penduduk Jakarta terbiasa dengan gaya hidup yang tak jauh berbeda dengan gaya hidup masyarakat New York yang mobile, urban dan berorientasi material.

How First Yuppies Come ?
Yuppies sebenarnya bukanlah istilah baru, melainkan telah muncul sekitar tahun 80-an pertama kali di sebuah artikel majalah Chicago Tribune. Yuppies diidentikkan dengan kaum muda berusia 20 hingga awal 30 tahun, tinggal di kota-kota metropolitan, memiliki pekerjaan mapan dengan gaji besar, memiliki rumah yang mewah atau apartemen pribadi, mobil pribadi, serta daya beli yang tinggi. Bisa dibilang Yuppies merupakan kaum muda yang memiliki slogan “Work hard, play hard’.

Namun kehadiran Yuppies sebenarnya tak bisa dilepaskan dari kehadiran kaum Hippies, yang banyak bermunculan di sekitar tahun 60-an di AS, di mana pada saat itu negara Paman Sam tersebut sedang berperang di Vietnam. Kaum Hippies ini memiliki prinsip menolak batasan serta otoritas pemerintah, menolak kenyamanan dan selalu berpindah-pindah tempat sebagai bentuk pencarian jati diri mereka. Usai dengung kaum Hippies meredup, kemudian muncul para kaum Preppies, yang merupakan kaum kelas menengah atas, berpendidikan tinggi (masuk kampus Ivy League di AS), memiliki daya beli yang tinggi dan sangat eksklusif, dengan bergaul bersama kalangan tertentu saja.

Baru muncullah istilah kaum Yuppies, yang dianggap sebagai perpaduan keduanya. Berpendidikan tinggi serta memiliki gaya hidup konsumtif, namun tetap punya kepedulian pada masalah sosial di sekitarnya. Tidak seperti Preppies yang sangat snob, Yuppies dianggap lebih ‘membumi’, dikarenakan uang yang dihasilkan merupakan hasil keringat sendiri, dan tahu bagaimana cara bekerja keras. Selain itu Yuppies walaupun peduli pada masalah sosial serta kebijakan pemerintah, tapi mereka tidak anti otoritas, layaknya para Hippies.

Consumerism, A Way of Life?
Dalam buku The Yuppie Handbook, dituliskan bahwa Yuppies dikenal dengan gaya hidupnya yang mahal. Pendidikan yang tinggi serta kehidupan yang berpusat di kota besar, membuat para Yuppies sangat mengutamakan standar yang tinggi serta kenyamanan dari produk yang mereka gunakan sehari-hari. Oleh karena itu mereka tak segan-segan untuk mengeluarkan uang lebih demi mendapatkan kenyamanan serta kemewahan yang mereka inginkan. Mobil BMW, pakaian Gucci atau Prada, sepatu Tods, liburan ke Australia, merupakan hal yang Yuppies anggap pantas mereka dapatkan mengingat betapa kerasnya mereka bekerja.

Dengan penghasilan yang cukup besar, para Yuppies ini identik dengan gaya hidup konsumtif. Mereka bisa menghabiskan ratusan ribu hanya untuk makan atau minum kopi bersama rekan kerja, hingga jutaan rupiah untuk memborong sepatu Christian Louboutin atau terusan keluaran Zara. Berapapun harga dari barang yang mereka beli nampaknya bukanlah masalah, karena yang penting ialah prestige serta kenyamanan yang didapatkan.

Mengingat gaya hidup Yuppies yang sangat konsumtif, wajar kemudian kaum muda ini menjadi target pasar banyak produk. Kini mulai dari produk makanan, mobil, tempat perbelanjaan, kafe dan lainnya menjadikan kaum Yuppies sebagai target pasarnya. Hal ini dikarenakan jumlah keuntungan yang didapatkan para produsen akan berlipat ganda jika berhasil menggaet generasi ini menjadi konsumen produk mereka.

Yuppies Couple
Lalu bagaimana kehidupan Yuppies jika menjalin hubungan baik sebagai suami-istri? Ternyata gaya hidupnya tidak banyak berubah. Keduanya, baik pria dan wanita akan terus fokus pada karier masing-masing, menikmati hidup di akhir pekan dengan berbelanja ke pusat perbelanjaan atau bepergian ke Bali, Singapura atau daerah wisata lainnya.

Dalam kaum Yuppies sendiri, kemudian dikenal adanya istilah DINK (Double Income No Kids), dimana sepasang suami-istri yang sama-sama berasal dari golongan Yuppies, kemudian menunda untuk mempunyai anak, demi mengejar karier serta mimpi-mimpi yang materialis (siapa yang tidak ingin berlibur ke Venesia?). Sayangnya, hal ini juga identik dengan lemahnya kedekatan di antara pasangan. Pasangan Yuppies sangat mengejar karier mereka, dan di akhir pekan, mereka lebih banyak hangout bersama teman-teman mereka, sehingga jarang menghabiskan waktu bersama dengan pasangannya.

Yuppies bukanlah sekedar tren gaya hidup biasa. Yuppies memiliki dampak besar dalam sebuah perekonomian negara. Penghasilan para Yuppies yang besar membuat mereka memiliki daya beli yang tinggi, yang pada akhirnya berdampak positif pada sistem ekonomi makro. Ketika sebuah perekonomian negara sedang mengalami pertumbuhan, jumlah kaum Yuppies pun menjadi semakin banyak, dengan menjadi seorang Yuppies merupakan hal yang sah-sah saja. Kehidupan yang nyaman seusai bekerja keras sepanjang waktu di kantor, atau berbelanja barang berkualitas tinggi yang meningkatkan kepercayaan diri juga merupakan hal yang pantas dilakukan wanita-wanita profesional, urban dan smart, seperti Anda. Namun, ada baiknya jikalau karier dan kehidupan berjalan dengan seimbang.

Dalam buku Diary of Yuppie, Louis Auchincloss mengkritik kehidupan Yuppies sebagai artifisial dan hanya peduli pada dirinya sendiri, maka akan lebih baik jika Anda tidak hanya berkutat pada keberhasilan karier semata. Menjaga hubungan dengan pasangan, keluarga dan teman, menjadikan kehidupan Anda seimbang antara karier dan hubungan personal. Keseimbangan, itulah jalan menuju kehidupan yang bahagia.


WINDOWS SHOPPING
Window shopping artinya melihat-lihat, baik melihat barang-barang yang di toko maupun ditempat lain. Jalan-jalan di mall sambil melihat-lihat barang di balik etalase (window shopping) merupakan salah satu bentuk rekreasi. Orang yang melakukan cuci mata di pertokoan mungkin merasa senang hanya dengan membayangkan membeli barang-barang di balik etalase, atau menjadi tertarik untuk membelinya di kemudian hari
Sebenarnya Anda pasti sudah tahu bahwa window shopping adalah kebiasaan buruk yang untuk menghentikannya butuh kedisiplinan tinggi. Paling aman adalah dengan tidak mengunjungi mal bila Anda memang tidak memerlukan sesuatu untuk dibeli atau ditemui. Selain itu, tak perlu lagi meminta katalog atau menerima tawaran e-mail update mengenai barang-barang kesukaan Anda. Tanyakan pada diri Anda: apakah saya memerlukannya dan dapatkah saya membelinya secara tunai? Bila tidak, cepatlah berlalu.

KONSEP A.I.D.A
AIDA adalah singkatan sederhana yang telah dibuat lama sebagai pengingat dari tahapan proses penjualan (Strong, 1925). AIDA singkatan dari Attention, Interest, Desire, dan Action. Ini merupakan model yang cukup sederhanan dan dapat digunakan sebagai pedoman.

Dalam komunikasi pemasaran perlu dirumuskan tujuan yang ingin dicapai dari proses komunikasi pemasaran yang akan dilakukan. Setelah menentukan khalayak sasaran dengan persepsinya, pemasar harus memutuskan respon yang terjadi. Respon khalayak tersebut dapat berupa cognitive (tahap kesadaran), affective (tahap pengaruh), behavioral/conative (tahap tindakan pembelian).

Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) adalah salah satu model hirarki respon yang cukup popular bagi pemasar sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan pemasaran. Menurut model ini, alat promosi harus menarik perhatian, mendapatkan dan mendorong minat, membangkitkan keinginan, dan menghasilkan tindakan. Dalam membangun program komunikasi yang efektif, aspek terpenting adalah memahami proses terjadinya respon dari konsumen, misalnya dalam hal konsumen melakukan pembelian suatu produk, maka diperlukan pemahaman mengenai usaha promosi yang dapat mempengaruhi respon konsumen tersebut (Belch 1995:163 dalam Nurbenny 2005:38).

Teori AIDA (Tjetjep Djatnika,2007) yang mendalilkan bahwa pengambilan keputusan pembelian adalah suatu proses psikologis yang dilalui oleh Konsumen atau pembeli, prosesnya yang diawali dengan tahap menaruh perhatian (Attention) terhadap barang atau jasa yang kemudian jika berkesan dia akan melangkah ke tahap ketertarikan (Interest) untuk mengetahui lebih jauh tentang keistimewaan produk atau jasa tersebut yang jika intensitas ketertarikannya kuat berlanjut ke tahap berhasrat/berminat (Desire) karena barang atau jasa yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan-nya. Jika hasrat dan minatnya begitu kuat baik karena dorongan dari dalam atau rangsangan persuasif dari luar maka konsumen atau pembeli tersebut akan mengambil keputusan membeli (Action to buy) barang atau jasa yang di tawarkan.

AIDA yaitu terdiri dari :
A = Attention: Memberikan perhatian khusus kepada segmen target pasar kita. Sehingga menjadi menarik untuk mereka membaca apa yang kita tawarkan dan sesuai dengan target pasar yang kita inginkan.
Misalnya : “Pengumuman Penting untuk Bisnis Owner!” ; ini contoh attention dengan segmen pasar adalah para pemilik bisnis dalam sebuah iklan seminar bisnis. Coba bayangkan dengan kalimat standar : “ABC Organizer bekerjasama dengan DEF Institute mempersembahkan seminar bulan ini”. Apa anda menjadi tertarik?
I = Interest: Memberikan ketertarikan pembaca/prospek untuk lebih membaca lagi iklan/pemasaran tools yang kita tawarkan dengan benefit, keuntungan yang akan didapatkan.
Misalnya : “Temukan Rahasia Sukses Membangun BISNIS dalam waktu 4 Jam!”. Bandingkan jika hanya kalimat, “Seminar Bisnis : Cara Membangun Bisnis Anda.” So what?
D = Desire : Memberikan rasa/hasrat keinginan dari pembaca untuk mengikuti apa yang kita tawarkan. Biasanya memberikan testimoni para pelanggan yang ada. Lalu memberikan lebih detail apa yang ditawarkan dan apa yang akan didapatkan jika mereka membeli produk/jasa dari kita. Lebih memberikan sebuah emotional benefit kepada mereka sehingga ada keinginan untuk membeli.
A = Action: Membuat prospek untuk segera Action, dengan menghubungi kita segera untuk membeli atau mendaftar. Action field ini biasanya dibatasi dengan waktu, jumlah terbatas, hadiah-hadiah/bonus/benefit tambahan jika segera membeli/mendaftar pada waktu yang diberi batas.
Misalnya :“Hubungi sekarang 021-81234567 untuk mendapatkan FREE tiket seminar sebelum tanggal 14 Februari 2012.″ Pasti mau ‘kan?

Saat ini AIDA telah bertambah menjadi AIDA(S). Ditambah dengan S :
S = Satisfaction: Buatlah dan jagalah kepuasan dan pengalaman yang menyenangkan dari prospek yang telah menjadi pelanggan tersebut agar ia membeli produk/jasa kita kembali dan mereferensikan kepada teman-temannya untuk bisnis kita.




Sumber :